Senin, 20 April 2009

Carita Kehidupan

Hidup tak selalu memberi kebahagiaan, kadang kala hidup hanya sebuah sandiwara. Apabila berusaha, hidup itu akan takhluk pada kita, tapi semua tak selalu demikian. Banyak orang berusaha tapi hanya sengsara yang didapatinya. Itulah yang dirasakan beribu anak jalanan di dunia ini. Hanya cemohan, dan tindasan dari orang – orang tak berhati membuat anak jalanan itu merasa tak dianggap hanya sebuah angin lalu tang tak tentu arahnya.
Lintang, anak jalanan yang merasa hidupnya di renggut oleh waktu untuk menjadi sebuah hiasan jalanan yang penuh dengan misteri. Hidupnya selalu tak beruntung. Lintang adalah anak yang selalu ceria walaupun hidupna tak beruntung, tinggal disebuah bengunan sisa peninggalan Belanda, makan seadanya, dan selalu bekerja penuh keikhlasan
Ikhsan hidup dengan ayahnya dan dua orang adiknya, Bintang dan Bulan. Dari kecil Lintang sudah ditinggal Ibunya, karena sakit dan tak terobati. Berusaha, berusaha dan terus berusaha untuk mengapai hidup yang lebih baik, menjaga keluarga, selalu bahagia itulah hal yang selalu membayangi hidupnya. Pak Bahri tak bisa lagi membiayai hidup ketiga anaknya, karena tangan sebelah kirinya tak mempu digerakkan akibat kejadian tabrak lari yang ia alami ketika mengais sampah di sebuah jalan raya. Dan pada saat itulah Lintang menggantikannya untuk memberi nafkah keluarga yang penuh dengan kekurangan itu.
Berjalan di jalanan kota yang besar, mengais – ngais sampah yang layak dijual, mengamen dari bus ke bus jurusan antar kota selalu ia lakoni dangan lapang dada dan penuh kebahadiaan seakan pekerjaan itu yang selalu menemaninya dalam susah dan senang
Bintang dan Bulan, adik Lintang yang selalu berusaha membantu, tapi yang bisa mereka lakukan hanya menadahkan tangan dari rumah - kerumah menunggu keajaiban dan uang akan datang padanya. Berusaha dan selalu berusaha dan menanti keajaiban adalah harapan terbesar dua anak menusia yang dilanda kekejaman dunia.
Hujan mulai turun, Bulan dan Bintang bergegas menuju sebuah gubuk yang kecil guna berteduh menunggu hujan akan berhenti untuk melanjutkan tugas yang wajib dijalankannya untuk brtahan hidup.
Menunggu dengan cemasnya, Pak Bahri berusaha tegar dan selalu berharap ketiga anaknya hidup bahagia. Setiap hari panjatan doa selalu ia ucapkan mengingat dirinya tak bisa memberi yang terbaik pada buah hatinya itu. Oh, Tuhan dengarkan keluhan hambamu yang tak berdaya ini, berikan kebahagiaan ke tiga anakku itu Tuhan.”permohonan tulus Pak Bahri. Semua yang ia minta hanya untuk kebahagiaan anaknya yang menanggung beban atas dirinya.
Angin mulai berhembus, malam mulai menghantui, lolongan anjing liar merasuk seakan menjerit. Lintang tak kuasa meliahat ayahnya yang tergeletak lemah diatas tikar yang dingin dibawah atap rumah yang seakan jatuh ingin meninpa semua yang ada didalamnya. “Betapa sulitnya hidup ini ayah, aku tak mengerti kenapa semua ini terjadi?” Lintang bertanya pada ayahnya, sambil mengeluarkan air mata. “Kau tahu nak, Tuhan tidak akan memberi ujian diluar kemampuan hambanya.Maka tabahlah kita menjalani cobaan ini.” Saran Pak Bahri mencoba menjelaskan. Lintang hanya tersenyum simpul mendengar nasehat ayahnya. “Tapi bagaimana nasip kita ini yah, apakah Lintang, Bulan dan Bintang harus bekerja seperti ini?” tanya Bulan gelisah. “Maafkan ayah Bulan, ayah tak bisa memberikan
Hidup yang berarti pada kalian semua, Ayah juga tak menginginkan hidup seperti ini. Melihat kalian kerja banting tulang di jalanan yang penuh dengan kekejaman. Tapi kita hanya bisa bersyukur pada Tuhan karena kita masih bisa merasakan hidup di dunia ini.” Tetesan air mata Pak Bahri memandangi ketiga anaknya yang kurus, dan legam di bakar matahari.
Sulit, sulit sekali memaknai hidup diantara kebahagiaan dan kesengsaraan. Selalu mencoba mencari dan menelusuri cobaan ini hingga tak mampu lagi berjalan bernafas dan melihat.“Wah lihat, ada uang lima ribu di rumput itu.”Bulan memberi tahu Bintang dengan riangnya. “Ayo kita kesana, cepat sebelum uangnya terbang dihempas angin.”Sambil berlari Bintang berusaha menggandeng adiknya itu. “Syukur, beruntung sekali kita hari ini kak, wah kita akan makan enak hari ini.”Bulan senang bukan kepalang karena terlalu senang.
“Lintang...., lihat kita bawa apa!”Bulan berteriak riang memamerkan empat bungkusaan nasi. Bulan dan Bintang berlari menghampiri Lintang yang sedang menghitung uang hasil ngamen dari bus antar kota. “Lin, kita makan enak sekarang. Lihat aku bawa apa!” Bintang menunjuk bungkusan hitam berisi nasi yang hanya berlaukkan tahu, tempe, dan telur saja. Sungguh senang bukan kepalang kakak beradik itu, walaupun dengan nasi bungkus yang hanya berlauk sederhana itu. “Ayo kita pulang! Wah pasti ayah terkejut melihat ini.”
Mereka bergegas menuju sebuah gubuk reot, tempat mereka beristirahat. “Anakku, dimana kau dapat uang untuk membeli nasi ini, apa kalian mencuri nak?” Ayah bertanya perlahan, karena terkejut melihat bungkusan nasi. “Tidak Yah, kami tidak mencuri tapi kami membeli nasi bungkus ini dengan uang yang kami temui di jalan.” Bintang mencoba memberi tahu ayahnya. Tetesan air mata kembali membasahi pipi tua ayahnya, karena terharu dengan semua yang dirasakan sekarang ini.
Malam tiba Bintang dan Pak Bahri duduk bersandar di sebuah dinding bambu sambil melihat langit yang saat itu terang tak seperti biasanya.“Ayah, mengapa aku diberi nama Bintang?” Bintang mencoba menelusuri ruang sempit asal muasal namanya itu. “Saat itu, ibumu sedang hamil tua, Ayah dan Ibu duduk disebuah bangku usang di tangah sawah. Kita berdua memandangi langit yang betapa eloknya waktu itu. Tak disengaja kami melihat sebuah bintang yang sangat terang. Kami erpaku melihat keindahan bintang itu. Lalu Ibumu berbisi “Yah, bangaimana anak yang ada dalam janinku ini, kita beri nama Bintang, agar nantinya ia bisa menjadikan dirinya inah dan selalu dipuji banyak orang?”Ayah tersipu dengan ap yang dikatakan Ibumu itu nak.” Ayah membelai – belai anak yang ia harapkan dapat menjadi contoh dan selalu dipuji banyak orang. “Tapi, mengapa hidupku tak seindah namaku ayah?” Bintang bertanya penuh keingin tahuan. “Begini anakku, nama bukanlah hal yang dapay mempengaruhi hidup kita. Tapi, Tuhanlah yang menenukan hidup,
Kita, usaha dan terus berusaha, menjauhi larangannya, menaati segala aturannya, itulah yang dapat membuat hidup kita bahagia. Dan tak lupa Bintang harus berdoa kepada Tuhan, karena Tuhan akan selalu membantu makhluknya yang dilanda kesusahan.!”Saran ayah yang seakan menyakinkan anaknya
Dibukalah sebuah kotak peninggalan Istrinya yang berisi sepucuk surat untuk ketiga anaknya yang diulis sebelum ajal menjemputnya. Lalu, dibacalah surai yang selama ini disimpan oleh sang ayah.

Kepada anakku : Lintang, Bintang dan Bulan.
Cayaha selalu menyinari setiap langkah kakimu, memberi petunjuk jalan kalian menuju sebuah kebahagiaan. Walaupun banyak rintangan menghalang bagai ranjau di tengah peperangan batin dan fisik.
Setiap langkah selalu mengalir darahku dikakimu. Anakku yang tersayang, jalani hidup ini dengan ikhlas dan jagalah Ayahmu sampai akhir hayatnya. Bahagiakan beliau walaupu Ibu tak lagi disampingnya.
Ingatlah anakku, hidup adalah misteri yang harus dipecahkan, jagalah amanat ibumu ini dan selalu kau ingat dimanapun kau berada

Pagi pun tiba, sinar mentari menembus atap gubuk nan lara itu, Burung berkicau bernyanyi syahdu. Ativitas kembali berjalan seperti biasa. Di depan sebuah sekolah Bintang berhenti. “Apakah ini yang diharapkan mendiang Ibuku?” Bintang bertanya dalam hatinya. Bintang memandangi gedung sekolah itu. Seakan ingin masuk dan menggeparkan seluruh sekolah bahwa ialah murid baru disekolah itu. Tapi kenyataannya berbeda, ia murung dan air mata mulai membasahi pipinya. Bintang berusaha tegar bahwa kenyataan ini yang membuat hidupnya tak seindah namanya dan tak sebagus harapan Ibunya tentang sebuah nama yang seharusnya menghantarkan Bintang dalam kesuksesan hidup. Tapi, apa mau dikata, Tuhan berkehendak lain dengan segala kekuasaan darinya.
Hidup terasa hampa, tak tenang jadinya melangkah ke arah yang lebih baik untuk menggapai kelayakan dalam hidup.

1 komentar:

  1. hahaha,,, komentarin ni cerpen bagus or ga!!!
    tak tunggu,, plissss,,

    jangan lupa,,

    BalasHapus